Pacar Cina, 'Si Cantik' yang Kerap Diburu Kala Puasa

Pacar cina berbentuk butiran beraneka warna. (JD.id) Pacar cina berbentuk butiran beraneka warna. (JD.id)
Jakarta: Ramadan tinggal menghitung hari. Warga muslim tentunya akan memburu sejumlah bahan makanan untuk menu berbuka. Salah satunya, pacar cina.

Jangan berpikir pacar cina itu adalah kekasih keturunan Tionghoa. Namun, yang kita bicarakan saat ini adalah bahan penganan bernama lain sagu mutiara.

Dilansir dari Inibaru.id, pacar cina merupakan bahan makanan yang terbuat dari tepung tapioka. Bentuknya berupa butiran bulat dengan warna-warni cantik. Selain itu, ada juga yang dibuat berbentuk dadu atau persegi panjang kecil. Rasanya netral dengan tekstur kenyal.

Karena cenderung hambar, pacar cina biasa dipakai untuk aneka makanan manis atau campuran minuman segar. Anda mungkin tak asing lagi dengan bubur mutiara, bubur sumsum, puding, mendut, es campur, atau es doger. Jika melihat butiran warna-warni kenyal di dalam makanan dan minuman tersebut, itu adalah pacar cina.

 

Sejarah pacar cina

Dalam sejarah, pacar cina masuk ke Indonesia dibawa keturunan Tionghoa yang tiba di Batavia pada abad ke-15. Mereka yang berdagang di kawasan Glodok, yang kini masuk dalam wilayah Jakarta Barat. Masyarakat Betawi serta Arab kerap mencari bahan makanan ke lokasi tersebut. Dari sinim pacar cina mulai dikenal pembeli.

Interaksi yang terjadi antaretnis ini memungkinkan terjadinya amalgamasi atau kawin campur. Banyak pemuda Betawi yang akhirnya memperistri perempuan Tionghoa. Selain karena cinta, kabarnya pernikahan ini sebagai wujud syiar agama Islam. Perpaduan budaya yang dibawa dua insan beda latar belakang ini juga melahirkan kuliner baru seperti bubur pacar cina.

 

Mudah diolah

Cara mengolah pacar cina cukup mudah. Anda tinggal merebusnya hingga mengembang dan transparan. Setelah itu, butiran kenyal ini bisa ditambahkan pada minuman atau makanan. 

 

Kalau mau bikin bubur atau kue, ada banyak resep nikmat yang bisa kamu contek di internet. Bahan ini juga mudah ditemukan di pasar tradisional, toko bahan makanan, atau swalayan dengan harga terjangkau.

 



(UWA)