Ritual Bersihkan Mayat Puluhan Tahun di Tana Toraja, Unik Tapi Bikin Merinding

Tradisi Ma'nene Tana Toraja Tradisi Ma'nene Tana Toraja

Apakareba: Indonesia merupakan negeri yang kaya dengan budaya dan tradisi unik dari berbagai daerah. Keberagaman ini menjadi nilai tambah di mata dunia serta dapat menarik perhatian turis mancanegara untuk berkunjung ke Tanah Air.

Salah satu daerah yang masih kental akan budayanya yakni Kabupaten Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Suku Toraja memiliki tradisi yang terbilang unik sekaligus berhasil membuat bulu kuduk berdiri.

Ya, upacara membersihkan jasad leluhur yang telah meninggal ratusan tahun, yakni Ma'nene. Kegiatan ini masih bisa dijumpai di Desa Pangala, Kecamatan Rindingallo, dan Kecamatan Baruppu.

Bagi warga setempat, Ma'nene merupakan bentuk penghormatan untuk mereka yang sudah meninggal. Ma'nene sendiri masih memiliki hubungan yang erat yang dipegang teguh oleh masyarakat Tana Toraja. Mereka percaya bahwa leluhurnya berasal dari langit dan bumi.

Pelaksanaan Ma'nene

Jenazah yang baru saja meninggal akan diberikan pengawet di sekujur tubuhnya. Tujuannya agar jasad mereka tetap utuh ketika upacara Ma'nene dilakukan.

Selain itu, jenazah tersebut dikenakan pakaian, benda, dan makanan kesukaannya saat masih hidup. Namun sebelum Ma'nene dimulai, tetua adat akan membacakan doa-doa kepada leluhur agar masyarakat mendapat berkah dan rahmat setiap musim tanam hingga panen.

Kemudian jenazah akan dikeluarkan dari Patane (kuburan yang berbentuk rumah), dan dibersihkan oleh pihak keluarga. Pakaian jenazah diganti dengan kain yang baru atau baju yang pernah menjadi kesukaannya dahulu. 

Selama prosesi itu, sebagian kaum lelaki akan membentuk lingkaran sambil menyanyikan lagu dan diiringi tarian bermakna kesedihan. Lagu dan gerak tarian tersebut bertujuan untuk menyemangati para keluarga yang ditinggalkan.

Ritual Ma'nene dilakukan setiap tiga tahun sekali dan biasanya jatuh pada bulan Agustus. Masyarakat Toraja percaya jika ritual tidak dilakukan sebelum masa panen, maka musibah akan menyerang ladang sawahnya.

Meskipun terdengar seram, namun ritual ini memiliki nilai sejarah dan keunikannya tersendiri. Tertarik untuk ikut? (Raissa Oktaviani)



(RAI)