Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Isu Perlambatan kenaikan Bunga Fed

Ilustrasi - Petugas menghitung uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc/pri. Ilustrasi - Petugas menghitung uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc/pri.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis, 27 Oktober 2022 berpotensi menguat di tengah isu perlambatan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).

Rupiah pada Kamis pagi ini melemah tipis 1 poin atau 0,01 persen ke posisi Rp 15.564 per dolar AS. Sebelumnya, posisi pada penutupan perdagangan adalah Rp 15.563 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menuturkan bahwa sekarang ini tengah berkembang ekspektasi kalau bank sentral AS The Fed bakal memperlambat kenaikan suku bunga acuannya mulai Desember mendatang.

“Ekspektasi ini mendorong pasar melepas aset dolar dan masuk lagi ke aset berisiko termasuk rupiah dan bisa mendorong penguatan nilai tukar rupiah lagi hari ini terhadap dolar AS,” kata Ariston, dilansir dari Antara, Kamis, 27 Oktober 2022.

Walaupun begitu, di sisi lain pasar masih mewaspadai kenaikan suku bunga dan inflasi tinggi yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

“Kekhawatiran ini mendorong kenaikan harga aset berisiko menjadi tertahan,” ujar Ariston.

Data ekonomi yang melemah memperkuat pandangan bahwa The Fed bakal memperlambat laju siklus kenaikan suku bunganya.

Pedagang dan ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) keempat kalinya berturut-turut pada pekan depan. Namun, terdapat spekulasi yang berkembang kalau bank sentral bakal memperlambat kenaikan suku bunga menjadi 50 bps pada Desember.

Pandangan bahwa The Fed bisa mulai berubah arah pada Desember diperkuat oleh data pada Selasa, 25 Oktober yang menunjukkan harga rumah AS merosot pada Agustus. Lantara, lonjakan suku bunga KPR melemahkan permintaan.

Data penjualan rumah keluarga tunggal baru AS juga turun pada September dan data untuk bulan sebelumnya direvisi lebih rendah, mendukung pandangan bahwa kenaikan suku bunga The Fed telah bekerja terhadap ekonomi terbesar di dunia tersebut.



(SUR)

Berita Lainnya