PLN Persero Luncurkan Program Electrifying Agriculture untuk Petani Sulselrabar

Ilustrasi. Area persawahan di Sulsel yang menggunakan listrik PLN untuk perairan sawah melalui Program Elektrifikasi Pertanian. ANTARA/HO-Humas PLN Ilustrasi. Area persawahan di Sulsel yang menggunakan listrik PLN untuk perairan sawah melalui Program Elektrifikasi Pertanian. ANTARA/HO-Humas PLN

Makassar: PT PLN (Persero) menerapkan Program Electrifying Agriculture (EA)  di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar).  Program tersebut diperluas hingga menjangkau 3,290 petani.

General Manager PLN UID Sulselrabar, Moch Andy Adchaminoerdin, menyampaikan komitmen PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui Program Elektrifikasi Pertanian.

Andy menyampaikan, pada November 2023, program Elektrifikasi Pertanian telah memberikan manfaat kepada 3,290 petani di Sulselrabar. 

"Hingga November 2023, kita telah merealisasikan Program Elektrifikasi Pertanian yang dimanfaatkan 3.290 petani, dalam upayanya meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Sulselrabar," ucap Andy dilansir dari Antaranews.com pada Sabtu, 16 Desember 2023.

Program Elektrifikasi Pertanian sebagai inisiatif PLN dalam menggunakan energi listrik dalam sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional petani. 

Melalui program ini, PLN berupaya menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Penerapannya, dengan memanfaatkan berbagai inovasi teknologi kelistrikan.

Andy menyebutkan total daya tersambung pelanggan EA mencapai 185.871 kilo Volt Ampere (kVA), dengan pertumbuhan pemanfaatan EA sebesar 1,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Program EA tidak hanya membantu optimalisasi penggunaan listrik, tetapi juga meningkatkan produksi petani dan efisiensi operasional. Hal tersebut dibuktikan petani dari Kelurahan Mattiro Deceng, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Salah seorang petani, Nurdin, mengungkapkan bahwa penggunaan listrik untuk mengairi sawahnya telah menghasilkan efisiensi biaya operasional hingga 40-50 persen sejak tahun 2021. 

“Hampir dua tahun, kami telah beralih ke energi listrik, efisiensi biaya untuk penyiraman jadi lebih murah dibandingkan sebelum menggunakan listrik, yakni bahan bakar,” ungkap Nurdin.

Nurdin menyatakan bahwa untuk menyirami lahan pertaniannya yang seluas 30 hektar, diperlukan biaya bahan bakar sebesar Rp8 juta per satu kali pengairan. Namun, program EA berhasil mengurangi pengeluaran operasionalnya sekitar Rp4,5 juta untuk biaya penyiraman.

Selain efisiensi dalam biaya operasional, teknologi pertanian yang menggunakan energi listrik mampu meningkatkan hasil panen hingga tiga kali lipat dari sebelumnya. Sebagai contoh, dalam satu tahun, produksi panen hanya mencapai 3.000 karung. Tetapi setelah implementasi listrik, produksinya meningkat menjadi sekitar 9.000 karung.



(SUR)

Berita Lainnya