Jadi Orang Tua Harus Hindari Tiger Parents, Simak Ciri-cirinya!

Dalam tiger parenting, orang tua kerap menaruh harapan atau ekspektasi tinggi pada anak. (Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com) Dalam tiger parenting, orang tua kerap menaruh harapan atau ekspektasi tinggi pada anak. (Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)

Apakareba: Akhir-akhir ini sering terdengar istilah “Tiger Parenting”. Namun, masih banyak orang yang belum tau apa maksud dari istilah tersebut.

Tiger parenting adalah metode pengasuhan yang ketat, keras, dan menuntut. Walau begitu, orang tua dengan pola asuh seperti ini memiliki tujuan, yaitu membuat anak-anak tumbuh dengan tangguh, percaya diri, sukses, dan mempersiapkan dirinya untuk masa depan.

Biasanya dalam tiger parenting ini, orang tua sering kali menaruh harapan atau ekspektasi yang tinggi terhadap anak. Paling umum, ada pada aspek akademis dan kerap mengandalkan metode keras untuk mendorong anak mencapai tujuan dan harapan.

Walaupun mempunyai manfaat yang bagus, sayangnya pola asuh ini juga menimbulkan dampak negatif pada perkembangan anak. Tidak hanya itu, kebanyakan orang tua juga tidak menyadari jika selama ini sudah menerapkan tiger parenting dalam metode pengasuhannya.

Dilansir dari Gaya.id pada Sabtu, 13 Agustus 2022, seorang Psikolog, Audrey Susanto, M.Psi.,MSc.,Psi menyebutkan ciri-ciri orang tua yang termasuk Tiger Parents. Di antaranya sebagai berikut:

1. Terlalu banyak aturan yang ketat

Memang diperlukan aturan untuk anak saat di rumah. Namun, ketika terlalu banyak aturan ketat, tentunya hal ini akan memberikan dampak negatif pada perkembangan psikologisnya.

2. Memaksa anak mematuhi semua peraturan

Jika dipaksa, maka anak akan mengikuti peraturan hanya karena rasa takut. Hal ini menyebabkan perilakunya tidak akan bertahan lama.

“Sama seperti orang dewasa, ibu kalau dipaksa gimana rasanya?” tulis Audrey.

3. Anak tidak diizinkan berpendapat

Memberikan kesempatan bagi anak untuk berpendapat adalah hal yang penting bagi orang tua. Walaupun tidak setuju dengan pendapat anak, orang tua tetap perlu untuk mendengarkan dan menghargai pendapat anak.

4. Orang tua selalu benar

Sebagai manusia, tentunya kita pernah berbuat salah. Jadi, orang tua pun tidak selalu benar. Ada saatnya orang tua salah dan perlu mengakui serta meminta maaf kepada anak.

5. Anak tidak boleh berbuat salah

Anak dituntut untuk sempurna, tidak boleh berbuat salah. Padahal, anak masih dalam proses belajar sehingga sangat wajar apabila berbuat kesalahan.

Semoga sebagai orang tua dapat refleksi diri lagi sehingga tidak melakukan hal-hal seperti di atas kepada anak.

 

BACA: Intip Cara Bangun Motivasi Anak dalam Belajar



(SUR)