Harus Tahu! 5 Istilah Asing yang Sedang Marak Penggunaannya di Media Sosial

Ilustrasi/Medcom.id Ilustrasi/Medcom.id

Apakareba:  Era 'banjir' informasi seperti saat ini membuat banyak dari kita sering terpapar istilah baru. Tidak bisa dimungkiri  media sosial berperan cukup banyak dalam membawa istilah, terminologi maupun pengaruh dari negara luar.

Selain itu penggunaan bahasa asing atau istilah asing saat ini menjadi suatu hal wajar, bahkan bisa dikatakan bahasa asing lebih populer di zaman sekarang.

Dihimpun dari berbagi sumber, tim Apakareba.id telah merangkum beberapa istilah asing yang sedang marak penggunaanya khususnya di media sosial. Berikut informasinya:

1. Politically correct

Mungkin banyak yang belum mengetahui istilah politically correct. Menurut Collins dictionary, politically correct adalah mereka sangat berhati-hati untuk tidak menyinggung atau membuat marah kelompok masyarakat mana pun yang dirugikan, atau yang telah diperlakukan berbeda karena jenis kelamin, ras, atau kecacatan mereka.

Untuk diketahui Istilah ini menjadi tren di Amerika Serikat (AS) seiring dengan semakin gencarnya perjuangan kesetaraan gender dan ras di sana.

Sebagai contoh, penggunan kata "niger" untuk menyebut seseorang berkulit gelap kini dilarang penggunaannya di AS. Hal ini disebabkan karena kata ini mengandung rasisme dan erat kaitannya dengan sejarah perbudakan di masa lampau.

2. Buzzer

Dalam kamus Webster, buzzer diartikan secara spesifik sebagai sebuah perangkat sinyal listrik yang dapat mengeluarkan suara mendengung. Namun, buzzer dalam hal ini dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki pengaruh tertentu untuk menyatakan suatu kepentingan.

Buzzer dapat 'mendengungkan' sebuah isu atau bergerak dengan sendiri untuk menyuarakan sesuatu, bahkan sebagai alat untuk menyampaikan sebuah agenda yang telah di-setting .

Dahulu, buzzer  lebih sering digunakan sebagai strategi pemasaran suatu brand untuk produknya. Namun di Indonesia istilah ini semakin melejit setelah Pemilu 2019.

3. Cancel culture

Istilah cancel culture semakin lazim digunakan di berbagai media sosial, khususnya di Twitter. Secara sederhana, cancel culture dapat diartikan sebuah gagasan untuk 'membatalkan' seseorang dengan arti memboikot atau menghilangkan pengaruh orang tersebut baik di media sosial maupun dunia nyata.

Biasanya, seorang public figure melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap ofensif kemudian publik merespons di media sosial. Dengan efek bola salju yang makin lama makin membesar sampai akhirnya ada yang menyerukan public figure pantas di-cancel yang bisa diartikan ajakan untuk mematikan karier maupun pengaruh si public figure.

4.Logical fallacy

Logical fallacy adalah kesalahan dalam menyusun logika yang tepat dalam sebuah argumen. Dalam hal ini, argumen tersebut tidak mempunyai keterkaitan antara kesimpulan serta premis. Kalaupun premis yang disampaikan tepat, tetapi kesimpulannya salah.

Logical fallacy juga dapat dianggap sebagai sesat pikir. Sederhananya istilah ini merujuk kepada seseorang yang ketika berargumentasi, namun argumentasi yang disampaikan tidak nyambung.

5. Social justice warrior  (SJW)

Social justice warrior  disingkat SJW atau Pejuang Keadilan Sosial merujuk kepada  istilah untuk seseorang yang memperjuangkan keadilan secara progresif. Para SJW ini biasanya memperjuangkan hak-hak sosial secara nyata maupun melalui media sosial. Hal yang kerap dijumpai perjuangan keadilan seperti feminisme, hak sipil, multikulturalisme dan banyak lagi.

Namun, SJW memiliki konotasi negatif bahkan menjadi kelompok yang dihindari oleh para pengguna Twitter belakangan ini.

Saat seseorang merasa bertentangan dengan sebuah tweet, pendapat dan jokes di Twitter, mereka akan disebut sebagai SJW. Mulai dari SJW binatang, anak, perempuan, bahkan sampai SJW asam lambung yang sempat viral.

Itulah beragam istilah asing yang sedang ramai digunakan di jagat media sosial.

Baca juga:  Yuk Intip 100 Tempat Terindah di Dunia, 8 Di antaranya dari Asia Tenggara



(NAI)

Berita Lainnya