Begini Kronologi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air. Dok. MI Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air. Dok. MI

Apakareba: Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggelar konferensi pers rilis terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182. KNKT membeberkan kronologi jatuhnya pesawat yang mengangkut dua pilot, empat awak kabin, dan 56 penumpang itu.

Pesawat lepas landas dari Landas Pacu 25R di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, pada pukul 14.36 WIB, Sabtu, 9 Januari 2020. Pesawat terbang mengikuti jalur keberangkatan ABASA 2D yang sudah ditentukan sebelumnya.
 
Flight Data Recorder (FDR) merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki. "Pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur, tenaga berkurang, sedangkan yang kanan tetap," terang Ketua Sub Komite IK Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers Preliminary Report Sriwijaya Air SJ182, Rabu, 10 Februari 2021, seperti dilansir dari Medcom.id.

Pukul 14.38 WIB detik ke-51, pilot meminta izin kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 75 derajat karena kondisi cuaca. ATC memberikan izin.
 
Namun, ATC memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat pesawat SJ-182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari Landas Pacu 25L dengan tujuan yang sama.
 
ATC kemudian meminta pilot berhenti naik ke ketinggian 11 ribu kaki pada pukul 14.39 WIB detik ke-47. Saat mencapai ketinggian 10.600 kaki dengan arah di 46 derajat, pesawat mulai berbelok ke kiri. Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur sedangkan yang kanan masih tetap.

Kemudian, ATC memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13 ribu kaki dan dijawab oleh pilot pukul 14.39 WIB detik ke-59. "Ini adalah komunikasi terakhir dari SJ182," ucap Nurcahyo.
 
Pukul 14.40 WIB detik ke-5, FDR merekam ketinggian tertinggi pesawat di titik 10.900 kaki. Kemudian pesawat mulai turun. Autopilot tidak aktif (disengage) ketika arah pesawat di 16 derajat.
 
"Sikap pesawat posisi naik (pitch-up) atau hidung pesawat naik, pesawat miring ke kiri (rolled)," kata dia.

Kondisi tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang sedangkan yang kanan tetap. Selang 5 detik, FDR mencatat autothrottle tidak aktif (disengage) dan sikap pesawat menunduk (pitch down) atau hidung pesawat ke bawah.
 
"Sekitar 20 detik kemudian, FDR berhenti merekam data," tutur Nurcahyo.
 
Nurcahyo menyebut pesawat tidak melalui area awan signifikan. Hal itu didapat melalui radar cuaca pukul 14.38 WIB dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
 
"Bukan awan hujan, juga tidak in-cloud turbulence atau awan yang berpotensi menyebabkan guncangan," kata dia.
 



(SYI)

Berita Lainnya