Apakah Vaksin AstraZeneca Aman?

Ilustrasi/Medcom.id Ilustrasi/Medcom.id

Apakareba: Setelah Sinovac, vaksin AstraZeneca kini juga sudah tiba di Indonesia melalui skema COVAX dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin asal  Inggris itu tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Senin, 8 Maret 2021 sekitar pukul 17.45 WIB. Total, pemerintah menerima sebanyak 1.113.600 dosis vaksin.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) untuk vaksin tersebut. Keputusan ini mencuat usai BPOM selesai mengkaji hasil daftar penggunaan darurat dari WHO terkait vaksin AstraZeneca.

Walaupun vaksin AstraZeneca sudah mengantongi EUA di Indonesia, kekhawatiran yang dirasakan masyarakat akan keamanan vaksin pun tak bisa terbendung. Pasalnya, terdapat deretan negara yang menangguhkan sementara penggunaan vaksin tersebut. Negara-negera tersebut, yakni Thailand, Denmark, Irlandia, Belanda, hingga Norwegia.

Penundaan vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca tersebut dilakukan setelah terdapat laporan bahwa beberapa orang mengalami pembekuan darah setelah divaksin. Meskipun, belum ada bukti secara ilmiah apakah benar vaksin tersebut yang bertanggung jawab terhadap pembekuan darah.

European Medicines Agency (EMA) dan WHO menyebutkan data yang tersedia tidak menunjukkan vaksin AstraZeneca menyebabkan pembekuan darah. Mereka juga menyatakan bahwa diimunisasi lebih banyak manfaatnya ketimbang risikonya.

Kekhawatiran terhadap vaksin AstraZeneca di Denmark

Dilansir dari France 24, Denmark merupakan negara pertama yang menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca. Pemberhentian ini dilakukan minggu lalu setelah terdapat laporan yang menyatakan beberapa orang mengalami pembekuan darah setelah menerima vaksin. 

Bahkan, disebutkan ada satu orang yang mengalami pembekuan darah yang parah. Akhirnya, orang tersebut pun meninggal 10 hari setelah menerima satu dosis vaksin AstraZeneca.

Otoritas kesehatan Denmark pun langsung menindak cepat. Mereka menangguhkan penggunaan vaksin tersebut yang akan berlangsung selama dua minggu. 

Selama masa penangguhan tersebut, kasus terkait pembekuan darah itu akan diselidiki. Tetapi, belum bisa disimpulkan apakah vaksin AstraZeneca bertanggung jawab terhadap pembekuan darah itu.

Negara lain ikut menyusul penangguhan sementara vaksin AstraZeneca

Setelah Denmark, negara lain, seperti Norwegia, Islandia, Bulgaria, Thailand, dan Kongo segera menyusul untuk menangguhkan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca. Otoritas kesehatan Norwegia melaporkan terdapat empat orang di bawah usia 50 tahun yang memiliki trombosit darah yang sangat rendah dan telah menerima vaksin AstraZeneca beberapa waktu lalu. Kondisi tersebut disebutkan dapat menyebabkan pendarahan yang hebat. 

Tak lama kemudian, Irlandia dan Belanda mengumumkan bahwa mereka juga menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca. Langkah-langkah yang diambil oleh beberapa negara itu tak lain sebagai tindakan pencegahan yang ketat.

“Kita harus selalu keliru untuk berhati-hati. Itulah mengapa masuk akal untuk menekan tombol jeda sekarang sebagai tindakan pencegahan,” kata Menteri Kesehatan Belanda Hugo de Jonge.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menjelaskan Prancis juga akan memberhentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca. Penangguhan ini dilakukan sampai otoritas kesehatan Eropa, EMA, dapat meninjau vaksin tersebut lebih lanjut. Tak hanya Prancis, Slovenia, Spanyol, dan Portugal pun ikut menghentikan vaksinasi AstraZeneca.

Tanggapan AstraZeneca

Pihak AstraZeneca angkat bicara terkait penangguhan-penangguhan yang dilakukan oleh beberapa negara tersebut. AstraZeneca mengatakan telah meninjau dengan cermat data pada 17 juta orang yang meneri dosis vaksin di seluruh Eropa. 

“Tidak ada bukti peningkatan risiko ke penggumpalan darah di semua kelompok usia atau jenis kelamin di negara mana pun,” kata pihak AstraZeneca.

Belum ada bukti terkait pembekuan darah yang disebabkan vaksin AstraZeneca

Otoritas kesehatan Eropa, EMA mengatakan tidak ada indikasi yang menunjukkan vaksinasi telah menyebabkan pembekuan darah pada sejumlah orang. Mereka juga menambahkan bahwa jumlah laporan pembekuan darah pada orang yang menerima vaksin AstraZeneca tidak lebih tingi daripada mereka yang tidak mendapatkan suntikan.

Di Inggris, sebanyak 11 juta dosis vaksin AstraZeneca sudah diberikan lebih banyak ketimbang negara lain. Dari situ, hanya ada sekitar 11 orang yang mengalami pembekuan darah setelah disuntik. Tetapi, balik lagi, tidak ada bukti yang menyebutkan kondisi itu disebabkan oleh vaksin asal Inggris tersebut.

Beberapa dokter memaparkan bahwa sejak vaksinasi digaungkan dengan menyuntikkan vaksin bagi orang-orang yang paling rentan. Mereka yang sudah disuntik memang cenderung sudah memiliki masalah kesehatan. Sehingga, sulit untuk menentukan apakah vaksin itu yang bertanggung jawab atau tidak.

Apa yang disarankan para ahli?

WHO dan EMA beserta otoritas kesehatan lainnya di beberapa negara mengatakan seluruh orang tetap harus divaksinasi. Sebab, imunisasi lebih banyak mendatangkan manfaat ketimbang risikonya. Selain itu, potensi bahaya yang ditimbulkan oleh covid-19 juga dapat ditekan dengan berlangsungnya imunisasi.

“Keamanan publik akan selalu diutamakan,” kata regulator obat Inggris.


 



(SYI)

Berita Lainnya