Sampah Medis Membeludak, Bagaimana Solusinya?

Ilustrasi/Medcom.id Ilustrasi/Medcom.id

Apakareba: Dalam memerangi pandemi covid-19, berbagai amunisi harus dipersiapkan untuk melindungi diri dan mencegah penyebaran virus korona lebih meluas. Mulai dari masker, alat pelindung diri (APD), sarung tangan, hingga faceshield, sudah menjadi kebutuhan rutin yang harus dipenuhi. 

Di balik fungsinya yang sangat bermanfaat, perlengkapan itu juga menghadapkan Indonesia dengan permasalahan baru, yakni isu pencemaran lingkungan akibat meningkatnya sampah medis selama pandemi. Apalagi amunisi yang kita gunakan sehari-hari juga berbahan baku plastik. Sehingga peningkatan sampah plastik di lingkungan berpotensi meningkatkan mikroplastik di perairan dan laut.

Kabar baiknya, dilansir dari Lipi.go.id, Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengembangkan berbagai metode untuk mendaur ulang masker medis dengan metode kristalisasi. Metode ini tidak sulit dan bisa diterapkan untuk berbagai jenis plastik, seperti polipropilena, polietilena, polistirena, maupun polivinil klorida. 

Kualitas produk hasil daur ulang yang dihasilkan metode ini juga sangat baik, karena tidak terdegradasi oleh pemanasan. Hal ini disampaikan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Agus Haryono.

Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI, Sunit Suhendra, menjelaskan bahwa metode pengolahan sampah plastik yang ada selama ini menggunakan metode dengan cara pelelehan kembali untuk membentuk granula atau pelet. Metode ini terbilang tidak mudah, karena terkendala proses pengumpulan dan prapemilihan yang sulit.

“Metode kristalisasi memungkinkan terjadinya degradasi yang sangat rendah, karena tidak adanya shear dan stress seperti pada proses daur ulang biasa. Hal ini menghasilkan plastik kristal yang dapat digunakan lagi dengan kualitas sangat baik,” papar Sunit.

Metode ini bisa diterapkan pada hampir semua jenis plastik, seperti PE (Polyethylene), PP (Polypropylene), PVC (Polyvinyl Chloride), dan PS (Polystyrene). Rekristalisasi juga memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Dapat menghasilkan plastik daur ulang berupa serbuk
2. Minim kerusakan struktur
3. Memiliki kemurnian produk daur ulang yang tinggi sehingga bisa digunakan lagi untuk keperluan yang sama
4. Produk daur ulang bisa dikembangkan sehingga sterilisasinya dapat dilakukan in-situ dalam rangkaian proses daur ulang. 

“Tahapan-tahapan dalam proses daur ulang plastik medis dengan rekristalisasi ini meliputi pemotongan plastik bila diperlukan, pelarutan plastik, pengendapan pada antipelarut, dan penyaringan. Sehingga diperoleh suatu plastik murni,” ucapnya.  

Sunit berharap hasil penelitian yang telah terdaftar dalam paten dengan nomor P00202010633 ini dapat diterapkan. Sehingga metode ini bisa menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah sampah medis yang membeludak akibat pandemi covid-19.



(SYI)

Berita Lainnya