Garam Jeneponto, Kearifan Lokal yang Harus Dilestarikan

Ilustrasi petani garam. (FOTO: Medcom.id/Ahmad Rofahan) Ilustrasi petani garam. (FOTO: Medcom.id/Ahmad Rofahan)

Apakareba: Garam merupakan salah satu komoditas yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Tanpanya, kemungkinan para ibu di rumah atau koki di restoran akan kebingungan untuk membuat sebuah hidangan menjadi lezat. 

Ketika membahas mengenai garam, pasti masyarakat Sulawesi Selatan akan teringat dengan Kabupaten Jeneponto. Bagaimana tidak? Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015, daerah itu menduduki peringkat ke-14 sebagai daerah yang memproduksi garam di Indonesia.

Tak hanya itu, Kabupaten Jeneponto juga disebut sebagai salah satu sentra petani garam tradisional di Tanah Air. Terdapat empat kecamatan yang menjadi pusat produksi garam di kabupaten itu, yakni Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Arungkeke, dan Tamalatea.

Melihat potensi produksi garam yang baik di Sulsel, Luhut Binsar Pandjaitan yang kala itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi juga memutuskan Sulsel sebagai salah satu pusat produksi garam nasional pada 2017. Inisiasi itu mencuat untuk menanggulangi krisis garam kala itu. Kabupaten Jeneponto pun termasuk ke dalam empat sentra produksi garam di Sulsel. 

Tetapi, dampak dari pandemi covid-19 yang sudah melanda Indonesia sejak Maret 2020 tak dapat dihindari. Para petani garam di Kabupaten Jeneponto mengeluhkan menurunnya pembeli garam di sana saat sedang masa panen. Bahkan, kala itu penjual garam rela membanting harga agar produknya dibeli.

Tak mau garam Jeneponto hilang dari peradaban secara perlahan, Plt  Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman pun mendorong semua pihak untuk menggunakan garam Jeneponto. “Saya mengajak kita semua untuk mengoptimalkan penggunaan garam Jeneponto. Garam tersebut merupakan kearifan lokal untuk dicintai,” kata Andi pada Rabu, 24 Maret 2021, seperti dilansir dari Sulselprov.go.id.

Andi berharap pemerintah kabupaten/kota di Sulsel untuk memanfaatkan garam Jeneponto. Ia ingin garam dari kabupaten tersebut dapat digunakan di dapur-dapur rumah masyarakat Sulsel, restoran, hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Dalam kesempatan itu, Andi juga bernostalgia dengan penjual garam yang biasa lewat depan rumahnya. “Eeeee ce'la (garam), gaung suara teriakan penjual garam yang biasa lewat di depan rumah di masa kecil dulu, menjadi satu hal yang dirindukan," kata dia.

Semoga dengan adanya ajakan dari Plt Gubernur Sulsel ini, semua pihak di Sulsel bisa lebih mengoptimalkan penggunaan garam Jeneponto ya teman-teman! Petani garam tradisional di sana pun pasti akan senang mendengar ajakan ini.

Apalagi akhir-akhir ini petani garam pun semakin meradang. Pasalnya, pemerintah akan mengimpor garam sebanyak 3,07 ton pada 2021. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yakni 2,7 ton. Tentunya, ketetapan itu membuat geram berbagai pihak. Karena ironinya, pada awal Maret 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggaungkan cinta produk Indonesia. 



(SYI)

Berita Lainnya