Kerap Memendam Emosi? Ini Dampaknya Bagi Kesehatan Fisik dan Mental!

Ilustrasi/MI Ilustrasi/MI

Apakareba: Sebagian orang mungkin terbiasa memendam emosinya sendiri dan tidak membagikannya ke orang lain. Perasaan yang dipendam dapat membuat beban pikiran dan mental menjadi bertambah. 

Orang-orang yang kerap menyimpan semuanya sendiri secara tidak langsung memengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya. Energi negatif hasil dari emosi tidak akan pergi dari tubuh jika tidak dikeluarkan. 

Energi negatif itu akan tersimpan dalam tubuh dan dapat menganggu fungsi organ tubuh, termasuk otak. Berikut sejumlah bahaya yang dapat terjadi bila kamu kerap memendam emosi, melansir hellosehat.com. 

1. Meningkatkan risiko penyakit dan kematian

Energi negatif yang didapat dari emosi merupakan energi yang tidak sehat bagi tubuh. Energi dari emosi yang ditekan bisa menjadi penyebab dari tumor, pengerasan arteri, kaku sendi, melemahkan tulang, hingga berkembang menjadi kanker.

Emosi yang ditahan juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Memendam emosi juga berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental. 

Penelitian yang diikuti selama 12 tahun menunjukkan, orang yang sering memendam perasaannya memiliki kemungkinan mati muda. Setidaknya tiga kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang terbiasa mengekspresikan perasaannya.

Baca juga: Kena Friendzone? Ini 4 Cara Supaya Dia Tahu Perasaanmu!

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychosomatic Research ini menemukan, orang yang memendam emosi dapat meningkatkan risiko kematian karena penyakit jantung dan kanker. Penelitian ini juga turut membuktikan penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara emosi negatif, seperti marah, cemas, dan depresi, dengan pengembangan dari penyakit jantung. 

Orang yang terbiasa memendam emosinya akan membawa pikiran negatif dalam tubuh yang dapat mengganggu keseimbangan hormon. Hal ini meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kerusakan sel, seperti kanker.

Beberapa ahli menyarankan agar seseorang dapat mengutarakan emosi yang dirasakan, terutama emosi sedih, agar kesehatan mental tetap terjaga. Marah dapat membantu mengurangi dampak negatif dari stres.

2. Rentan terhadap peradangan

Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi dan kerentanan terhadap inflamasi atau peradangan. Peneliti Finlandia melaporkan, orang dengan diagnosis ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi juga dikenal sebagai Alexythymia. 

Alexythymia ini memiliki kadar zat kimia inflamasi, seperti protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hs-CRP) dan interleukin (IL-6), yang lebih tinggi dalam tubuh. CRP merupakan penanda inflamasi untuk jantung koroner.

Studi lainnya yang dilakukan oleh Middendorp, 2009, orang yang didorong bertukar perasaan dan mengekspresikan emosi akan memiliki kadar penanda inflamasi dalam darah yang lebih rendah dibanding mereka yang memendam perasaan. 

Baca juga: Sering Bertengkar Dengan Pasangan, Wajar Enggak Sih?

Sebuah studi tahun 2010 yang diterbitkan dalam Journal of Association for Psychological Science, menemukan bahwa pendekatan kehidupan dengan sikap positif adalah penawar yang kuat terhadap stres, nyeri, dan penyakit.

Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa memendam emosi dapat memicu penyakit dalam tubuh. Inflamasi sendiri dapat terjadi di beragam penyakit, seperti penyakit jantung, arthritis, asma, dementia, osteoporosis, irritable bowel syndrome (IBS), dan beberapa jenis kanker. Kesimpulannya, orang yang terus menerus memendam perasaan dan tak bisa mengekspresikannya rentan terserang berbagai macam penyakit. 

Oleh karena itu, kamu harus mampu jujur pad adirimu sendiri terkait apa yang sebenarnya kamu rasakan. Jangan menyembunyikan dan mengelakkan perasaanmu sendiri. Kamu juga bisa menceritakan emosimu pada orang lain agar dapat melepas energi negatif dalam tubuh. Kamu pun juga bisa merasa lebih tenang. 

Tapi kamu harus ingat, tidak setiap saat kamu dapat mengeluarkan emosimu. Terkadang memang kamu harus menahannya sebentar dan mengeluarkannya di waktu yang tepat. Kalau tidak mampu menahannya, tarik napas dalam-dalam dan ubah posisi tubuhmu. Ini dapat membantu menenangkan dirimu. 



(CIA)

Berita Lainnya